Ikhbar.com: Kemunculan artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan tidak hanya dipahami sebagai terobosan yang kian memudahkan. Sejumlah pihak menilai, teknologi ini justru dibangun di atas sistem pencurian alias pengambilan data tanpa izin.
Beberapa waktu lalu, misalnya, media terkemuka di Amerika Serikat (AS), The New York Times menggugat OpenAI dan Microsoft karena telah mengambil berita-berita mereka untuk untuk aplikasi chatbot berbasis AI. Mereka menyebut, teknologi itu mengancam sumber pendapatan dengan secara efektif mencuri hasil kerja para jurnalis dan membuat kerugian hingga miliaran dolar AS.
Hal senada juga rupanya dirasakan para seniman di dunia. Mereka merasa telah begitu susah payah melindungi karyanya agar tidak digunakan AI tanpa persetujuan. Sementara, mengasingkan diri secara offline bukanlah pilihan karena harus tetap memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan uang dan peluang pekerjaan.
“Perkenalkan, inilah Nightshade, sebuah proyek dari Universitas Chicago, yang mampu memberikan jalan keluar bagi para seniman dengan cara ‘meracuni’ data gambar karya mereka agar tidak dicuri AI, kata seorang profesor ilmu komputer yang memimpin proyek tersebut, Ben Zhao, sebagaimana dikutip dari TechCrunch, Senin, 29 Januari 2024.
Baca: Arab Saudi Kembangkan Robot AI untuk Bantu Jemaah Haji dan Umrah
“Cara kerjanya, seperti memasukkan saus superpedas ke dalam makan siang Anda agar tidak dicuri dari lemari es tempat kerja,” sambungnya.
Zhao mengatakan, meracuni orang lain dengan sengaja tetap dinilai sebagai tindakan yang tidak pernah bisa dibenarkan secara moral. Namun, jika seseorang terus-menerus mencuri makan siang milik orang lain, maka hal tersebut merupakan satu-satunya cara yang tidak bisa dihindari.
“Bukankah Anda juga perlu melakukan balas dendam kecil-kecilan?” katanya.
Zhao dan timnya mengaku tidak sedang menentang pesatnya perkembangan AI. Akan tetapi, mereka hanya memastikan agar perusahaan di belakang teknologi itu mau membayar lisensi yang menjadi hak para seniman.
“Masalah sebenarnya adalah tentang persetujuan, tentang kompensasi. Kami hanya memberikan cara kepada para seniman pembuat konten untuk melawan pengambilan data secara tidak sah,” katanya.
Nightshade bekerja dengan cara menargetkan asosiasi antara perintah teks kemudian mengubah piksel dalam gambar untuk mengelabui AI agar melahirkan gambar yang benar-benar berbeda dari apa yang dilihat manusia. Sistem tersebut akan memberikan “arsir” pada gambar, hingga menghasilkan unduhan yang sama sekali tidak terkait dengan perintah teks awal.
Baca: Heba Zagout, Perempuan Pelukis Keindahan Palestina Itu telah Gugur
“Ambil contoh, lukisan seekor sapi yang sedang duduk-duduk di padang rumput. Dengan memanipulasi dan secara efektif mendistorsi asosiasi tersebut, Anda dapat mengecoh teks perintah untuk berpikir bahwa sapi adalah binatang yant memiliki empat roda, bemper, dan bagasi,” kata Zhao.
“Dan ketika mereka diminta untuk memproduksi gambar seekor sapi, mereka justru akan menggambar mobil truk besar, bukan sapi,” sambung dia.
Guna melengkapinya, Zhao juga menciptakan Glaze, alat penyelubung yang mendistorsi cara model AI dalam melihat dan menentukan gaya artistik guna mencegah jiplakan karya milik para seniman.