Etik dan Etika dalam Islam

Sujud sebagai penanda penghambaan Muslim. Dok ISTOCK

Ikhbar.com: Etik dianggap menjadi barang yang kian mahal di era modern. Nilai mengenai benar dan salah terlihat semakin bias di tengah zaman dengan arus informasi yang super-deras, apalagi di era post-truth alias pasca-kebenaran.

Namun, Islam telah membuat pakem yang orisinal dan kuat mengenai gambaran etik yang mesti diterapkan seorang Muslim di dalam perilaku keseharian. Bahkan, hal itu menjadi saripati dari keseluruhan ajaran yang dirisalahkan lewat Nabi Muhammad Saw.

Wujud nilai etik dalam Islam adalah akhlak. Hal itu sebagaimana yang telah Allah Swt tekankan dalam sifat utama Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman:

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam: 4).

Rasulullah Saw juga bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).

Baca: Beda Akhlaq, Khalq, dan Khuluq

Kemurnian dan kesucian

Muhammad bin Mukrim bin Ali Abu Al-Fadhl Jamaluddin atau lebih dikenal dengan Ibnu Manzhur dalam Lisan al-‘Arab menjelaskan bahwa akhlak berasal dari kata “al-akhlaq” yang merupakan jamak dari bentuk mufrad (tunggal) lafaz “khulqun.” Kata itu, merupakan lafal yang sinomim dengan “al-thab’u” yang memiliki makna tabiat atau karakter, serta “al-sajiyyat” yang berarti perangai dan tingkah laku.

Secara lebih jauh, akhlak atau moral diartikan sebagai gambaran batin manusia berupa sifat-sifat di dalam jiwanya. Oleh karena itu, pesan-pesan etik di dalam Al-Qur’an selalu disampaikan lewat isyarat-isyarat yang menuntut penafsiran dan permenungan.

Oleh karena itu, manusia juga memerlukan etika. Di dalam Islam, frasa ini identik dengan pemahaman sebagai ilmu tentang akhlak atau mengenai cara mendapatkan keutamaan-keutamaan dan kiat terbebas dari kehinaan.

Syekh Ahmad Amin dalam Al-Akhlaq menjelaskan, etika atau pengetahuan tentang akhlak memiliki potensi untuk mendorong kehendak manusia agar mampu berbuat baik. Meski begitu, ia tetap tidak akan bisa dilakukan tanpa landasan dasar berupa kesucian dan keikhlasan.

Di sisi lain, Islam juga berpihak pada teori etika yang bersifat fitri. Artinya, semua manusia memiliki pengetahuan yang suci tentang baik dan buruk. Sedangkan moralitas dalam Islam didasarkan pada keadilan, yakni menempatkan segala sesuatu pada porsinya.

Baca: Bagaimana Proses Kebenaran Dicerna Tubuh? Ini Penjelasan Buya Said Aqil

Etika penghambaan

Syekh Abdul Qodir Al-Jilani dalam Ghunyat li Thalibi Thariq al-Haqq memaparkan, cabang ajaran tentang nilai dan baik buruk sesuatu masuk ke dalam akhlak. Namun, jika lebih dikhususkan, semua pembahasan tersebut masuk ke ranah tasawuf.

Dalam tasawuf, Syekh Abdul Qodir Al-Jilani menjelaskan bahwa ada enam etika yang mesti dilakukan seseorang dalam menjalani agama.

Pertama ialah kewajiban memiliki akidah yang lurus, yakni keyakinan yang dimiliki Nabi Muhammad, para sahabat, tabi’in, dan para penerusnya.

Kedua, memegang teguh ajaran yang tertuang dalam Al-Qur’an dan hadis, serta mengamalkannya.

Ketiga, ikhlash kepada Allah. Seorang Muslim harus ikhlas dalam menjalankan semua perintah-Nya. Dia harus mampu melalui ujian hidup dengan penuh kesabaran baik berupa kehinaan, kelaparan, maupun serba kekurangan.

Keempat, meninggalkan tempat-tempat yang dinilai kurang baik dan menjauhi orang-orang yang berbuat kebatilan.

Kelima, tidak kikir dalam segala hal, terutama masalah harta benda. Di dalam hatinya, seorang Muslim harus memantapkan bahwa Allah tidak akan mengangkat derajat orang-orang yang terlalu memberatkan keberadaan harta benda, rezeki, dan kekayaan yang dimilikinya.

Keenam, tidak menuntut kepada Allah, kecuali dalam hal ampunan dari dosa- dosa masa lalu, perlindunga dari dosa-dosa masa datang, dan petunjuk yang mampu mengantarkan pada keridaan-Nya.

Selain itu, secara etik, seorang Muslim juga harus mencurahkan segala kebaikannya dalam ranah sosial, seperti berkasih-sayang terhadap sesama manusia, tolong-menolong, saling menghormati, tidak menyakiti, dan berperilaku keseharian dengan moral yang luhur.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.