Ikhbar.com: Tolok ukur artikel jurnal yang baik adalah penggunaan kalimat di dalamnya yang efektif, lugas, dan tidak kebanyakan basa-basi.
Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), M. Fathi Royyani mengaku masih banyak menemukan artikel jurnal yang ditulis para peneliti asal Indonesia dengan bentuk penggunaan bahasa yang boros.
Menurut Fathi, tulisan artikel periset Indonesia masih banyak yang didominasi kata sifat, metafora, dan terkesan berputar-putar.
“Itu bisa dari kultur, dari tradisi penulisan yang dibentuk. Lalu bisa juga dari pengetahuan,” ungkap Fathi, saat menjadi pembicara dalam Workshop Penulisan Artikel Jurnal Internasional, yang digelar Ikhbar.com bersama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren Cirebon, Ahad, 29 Januari 2023.
“Kualitas penulisan seperti itulah yang menjadikan sebuah artikel sering ditolak untuk dimuat di jurnal bereputasi,” sambung dia.
Di negara-negara maju, lanjut dia, maka lazim disediakan editor yang bertugas memadatkan susunan bahasa artikel sebelum di-submit ke dalam sebuah jurnal.
“Tetapi ini tidak sepenuhnya salah. Jika tujuan memasukkan tradisi itu untuk meluweskan wajah jurnal. Namun, harus tepat,” kata dia.
Meskipun begitu, Fathi menyebut bahwa kultur tersebut bukan berarti sebagai hambatan yang tidak bisa diubah. Penguatan edukasi melalui berbagai pelatihan kepenulisan bisa menjadi sebuah strategi yang baik.
Fathi menyarankan, periset memfokuskan pada penulisan judul dan alinea pertama dalam sebuah artikel jurnal.
“Selain judul, pertaruhan artikel bisa dimuat dalam jurnal internasional adalah kepadatan dan keefektifan alinea pertama,” kata dia.