Thursday, June 1, 2023
Ikhbar.com | Mengabarkan Kebaikan
  • Home
  • Berita
    • Tekno
    • Tips
  • Tadris
  • Sirah
  • Syariah
  • Nisa
  • Risalah
    • Indana
    • Konsultasi
  • Tasawuf
  • Tsaqafah
  • Doa
No Result
View All Result
Ikhbar.com | Mengabarkan Kebaikan
  • Home
  • Berita
    • Tekno
    • Tips
  • Tadris
  • Sirah
  • Syariah
  • Nisa
  • Risalah
    • Indana
    • Konsultasi
  • Tasawuf
  • Tsaqafah
  • Doa
No Result
View All Result
Ikhbar.com | Mengabarkan Kebaikan
No Result
View All Result
Home Berita

Tradisi Melekan, Syukuran Pascapanen untuk Menjaga ‘Obor’

by Redaksi
November 24, 2022
in Berita, Tsaqafah
A A
Tradisi Melekan, Syukuran Pascapanen untuk Menjaga ‘Obor’

Hidangan dalam tradisi melekan obor di Cirebon. Dok ISTIMEWA

Share on FacebookShare on Twitter

Ikhbar.com: Sebelum istilah ini disalahpahami sebagai aktivitas begadang (melek) sepanjang malam, perlu diketahui bahwa tradisi ini memiliki pengertian yang sama sekali berbeda. Malah tradisi ini lebih sering dilakukan di siang hari.

Tradisi melekan yang berlangsung di Desa Jemaras Kidul, Kabupaten Cirebon ini biasanya mengambil waktu setahun sekali, setelah musim panen padi di akhir kemarau (bulan Agustus atau September). Sebagian masyarakat menyelenggarakannya di salah satu rumah warga, dan sebagian yang lain di pendopo area tempat pemakaman umum (TPU).

Baca juga: Logika Sederhana Gus Baha Ini Jawab Perdebatan Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad

Tradisi melekan yang berlangsung di Desa Jemaras Kidul, Kabupaten Cirebon ini biasanya mengambil waktu setelah musim panen padi di akhir kemarau (bulan Agustus atau September). Melekan dilakukan di rumah warga dekat area tempat pemakaman umum (TPU).

ArtikelTerkait

Ikhbar Foundation Mulai Kursus Pemberdayaan Jaringan bagi Anak Muda

4.500 Jemaah Haji Asal Israel Berharap Bisa Terbang Langsung ke Arab Saudi

Jemaah Haji Diimbau Memakai Ihram di Hotel sebelum Berangkat ke Makkah

Platform Digital Pengiriman Air Zamzam Diluncurkan

Keluarga yang kerabat atau leluhurnya dimakamkan di TPU berpatungan menyediakan sajian makanan dalam wadah yang disebut ‘tenong’ (dibaca seperti kata terong). Tenong ialah wadah dari anyaman dan kulit bambu berbentuk tabung seukuran dandang atau lebih besar. Satu tenong berisi nasi dan lauk-pauk matang untuk tujuh hingga delapan porsi.

Sebagaimana lazimnya acara syukuran, melekan dimulai dengan pembacaan tahlil dan tawasul. Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dari tenong yang sudah disajikan. Bisa juga makanannya dibawa pulang. Orang-orang tua biasanya tidak langsung beranjak pulang, melainkan bercengkerama dengan kerabat yang sengaja datang dari luar kota untuk menghadiri tradisi ini.

Sebagaimana lazimnya acara syukuran, melekan dimulai dengan pembacaan tahlil dan tawasul. Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dari tenong yang sudah disajikan. Bisa juga makanannya dibawa pulang. Orang-orang tua biasanya tidak langsung beranjak pulang, melainkan bercengkerama dengan kerabat yang sengaja datang dari luar kota untuk menghadiri tradisi ini.

Baca juga: Quraish Shihab Jelaskan Sejarah Perayaan Maulid Nabi

Usai tahlilan, acara dilanjutkan dengan pesta rakyat, berupa pagelaran seni Topeng, Sintren, Wayang Kulit, Sandiwara, dan lain-lain. Serta terkadang dimeriahkan dengan lomba-lomba seperti panjat pinang juga permainan klasik. Pagelaran Seni di samping sebagai tontonan, akan tetapi juga menjadi tuntunan yang berisi pesan-pesan luhur yang mudah dipahami oleh masyarakat secara luas.

Lebe Wawan mengatakan, selain sebagai tanda syukur atas anugerah panen padi yang dihasilkan musim ini, melekan juga berfungsi sebagai perekat persaudaraan. Orang-orang yang tunggal buyut (memiliki kesamaan leluhur) biasanya memiliki jarak kekerabatan yang lebar, sehingga tak mengenal satu sama lain.

“Melalui tradisi ini, mereka memiliki kesempatan untuk saling mengenal dan meneruskan informasi silsilahnya kepada generasi yang lebih muda. Tradisi ini menjaga agar tidak “pareumeun obor”, dalam bahasa Sunda, atau “kepaten obor” dalam bahasa Jawa,” katanya, Kamis, 6 Oktober 2022.

“Pareumeun obor” atau “kepaten obor” berarti kehilangan riwayat asal-usul atau informasi hubungan kekerabatan. Frasa ini menggambarkan kondisi tidak saling mengenal di antara kerabat dari keturunan yang sama, lantaran ketiadaan interaksi atau tidak saling diperkenalkan oleh orang-orang tuanya.

Ia menambahkan, “melekan” berasal dari kata “meleka” yang merupakan kata kerja perintah dalam bahasa Jawa dari kata “melek”. Padanan bahasa Indonesianya ialah “bukalah mata”. Artinya membuka pandangan terhadap garis silsilahnya.

Tags: budayaislam nusantarakearifan lokaltradisi
ShareTweetSendShare
Previous Post

70 Ribu Tahun Sekali Jibril Melihat Nur Muhammad

Next Post

Maulid Nabi, Menag Yaqut Ajak Jaga Harmoni dan Teladani Rasulullah

Next Post
Maulid Nabi, Menag Yaqut Ajak Jaga Harmoni dan Teladani Rasulullah

Maulid Nabi, Menag Yaqut Ajak Jaga Harmoni dan Teladani Rasulullah

Kiai Said Ajak Masyarakat Perjuangkan Sila Kelima

Kiai Said Ajak Masyarakat Perjuangkan Sila Kelima

Alissa Wahid Jelaskan Kembali Makna Pancasila

Alissa Wahid Jelaskan Kembali Makna Pancasila

Kumpulan Link Download Kitab Gratis

Kumpulan Link Download Kitab Gratis

Dipercaya Datangkan Rezeki, Berikut Amalan Sederhana dari Gus Baha Ketika Hendak Masuk Rumah

Dipercaya Datangkan Rezeki, Berikut Amalan Sederhana dari Gus Baha Ketika Hendak Masuk Rumah

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pemerintah Sepakat 1 Ramadan 1444 H Kamis Besok

Jika Pemerintah Tetapkan Lebaran Sabtu, Apakah Jumat Tetap Wajib Berpuasa?

April 20, 2023
Kemenag Buka Kesempatan Santri Kuliah di Al-Azhar Mesir

Kemenag Buka Kesempatan Santri Kuliah di Al-Azhar Mesir

May 12, 2023
Link Download Logo Harlah ke-63 PMII

Link Download Logo Harlah ke-63 PMII

April 1, 2023
Adab Bersilaturahmi ke Mantan Suami atau Istri

Adab Bersilaturahmi ke Mantan Suami atau Istri

March 10, 2023
Ikhbar Foundation Mulai Kursus Pemberdayaan Jaringan bagi Anak Muda

Ikhbar Foundation Mulai Kursus Pemberdayaan Jaringan bagi Anak Muda

Doa-doa Nabi untuk Orang Sakit

Doa-doa Nabi untuk Orang Sakit

PBNU: Pesantren Jangan Distigma Penuh Kekerasan

PBNU: Pesantren Jangan Distigma Penuh Kekerasan

Rekrutmen ASN 2022 Segera Dibuka: Guru dan Tenaga Kesehatan Jadi Prioritas

Rekrutmen ASN 2022 Segera Dibuka: Guru dan Tenaga Kesehatan Jadi Prioritas

Ikhbar Foundation Mulai Kursus Pemberdayaan Jaringan bagi Anak Muda

Ikhbar Foundation Mulai Kursus Pemberdayaan Jaringan bagi Anak Muda

May 31, 2023
4.500 Jemaah Haji Asal Israel Berharap Bisa Terbang Langsung ke Arab Saudi

4.500 Jemaah Haji Asal Israel Berharap Bisa Terbang Langsung ke Arab Saudi

May 31, 2023
Jemaah Haji Diimbau Memakai Ihram di Hotel sebelum Berangkat ke Makkah

Jemaah Haji Diimbau Memakai Ihram di Hotel sebelum Berangkat ke Makkah

May 31, 2023
Platform Digital Pengiriman Air Zamzam Diluncurkan

Platform Digital Pengiriman Air Zamzam Diluncurkan

May 31, 2023
Ikhbar.com | Mengabarkan Kebaikan

Segenap kabar kami sajikan melalui prinsip kemanfaatan jurnalisme, lebih tepatnya jurnalisme keislaman yang berkeadaban

Ikuti Kami

Kanal

  • Berita
  • Doa
  • Headline
  • Indana
  • Konsultasi
  • Nisa
  • Risalah
  • Sirah
  • Syariah
  • Tadris
  • Tasawuf
  • Tekno
  • Tips
  • Tsaqafah
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Iklan & Kerja Sama

Copyright © 2023 Ikhbar.com, All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Tekno
    • Tips
  • Tadris
  • Sirah
  • Syariah
  • Nisa
  • Risalah
    • Indana
    • Konsultasi
  • Tasawuf
  • Tsaqafah
  • Doa

Copyright © 2023 Ikhbar.com, All Rights Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In