Ikhbar.com: Badan Migrasi PBB (IOM) melaporkan, lebih dari 9.000 keluarga di Yaman mengungsi akibat banjir besar yang melanda wilayah tersebut. Mayoritas dari mereka berasal dari Provinsi Marib, yang berada di timur laut Yaman.
“Para pengungsi sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan segera,” kata organisasi tersebut, dikutip dari The New Arab, pada Ahad, 1 September 2024.
Baca: Doa Antibanjir yang Sesuai dengan Kontur Alam Indonesia
Para pengungsi mulai bergerak mencari tempat yang dinilai lebih aman setelah hujan lebat disertai badai merusak rumah-rumah mereka.
Kantor regional IOM untuk Timur Tengah dan Afrika Utara mencatat, sekitar 7.800 tempat penampungan untuk para pengungsi pun sebagian turut terkena dampak bencana dan mengalami kerusakan. Sementara 1.350 tempat lainnya hancur total.
Mereka juga mengatakan, bantuan darurat telah diberikan kepada sekitar 3.500 keluarga yang terkena dampak. Sementara itu, situasi masih dinyatakan krisis karena masih banyak badai yang diperkirakan terjadi.
Kelompok Houthi yang menguasai wilayah tersebut turut mengumumkan bahwa per Jumat, 30 Agustus 2024, jumlah korban tewas akibat banjir di Provinsi Hodeidah telah meningkat menjadi 84 orang.
“Banjir mencapai pintu masuk utara Kota Al Hodeidah, membanjiri ratusan rumah dan properti, menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur, perumahan, dan properti pertanian, serta memutus sejumlah jalan,” bunyi keterangan mereka.
Wilayah lain Yaman yang juga terkena dampak adalah Distrik Wasab Al-Safil di Provinsi Dhamar, selatan ibu kota Sana’a. Dari kota itu dilaporkan sebanyak lima orang tewas dan 17 orang dilaporkan akibat terseret banjir.
Laporan lainnya juga menyebut beberapa rumah di Desa Al-Jarf di daerah Quwair Bani Musa, Distrik Wasab Al-Safil telah tersapu banjir setelah sebuah bendungan di wilayah tersebut jebol. Peristiwa itu telah mengakibatkan seorang perempuan tewas dan tiga anak masih dinyatakan hilang.
Baca: MbS Dituduh Palsukan Tanda Tangan Raja Salman untuk Kerahkan Pasukan Perang ke Yaman
Upaya pencarian dan operasi penyelamatan telah dilakukan dengan cara manual karena belum adanya bantuan dari pihak berwenang.
Sebelumnya, puluhan orang dilaporkan tewas dan hilang di Provinsi Al Mahwit setelah hujan lebat. Lebih dari 33.000 keluarga di negara itu telah terkena dampak banjir sejak musim hujan dimulai pada pertengahan Juli lalu.
Cuaca ekstrem telah memperburuk situasi kemanusiaan di negara itu. Kini, tercatat lebih dari 18,2 juta orang dinilai sangat membutuhkan bantuan, bahkan jauh sebelum banjir melanda.