Sunday, March 26, 2023
Ikhbar.com | Mengabarkan Kebaikan
  • Home
  • Berita
    • Tekno
    • Tips
  • Tadris
  • Sirah
  • Syariah
  • Nisa
  • Risalah
    • Indana
    • Konsultasi
  • Tsaqafah
  • Doa
No Result
View All Result
Ikhbar.com | Mengabarkan Kebaikan
  • Home
  • Berita
    • Tekno
    • Tips
  • Tadris
  • Sirah
  • Syariah
  • Nisa
  • Risalah
    • Indana
    • Konsultasi
  • Tsaqafah
  • Doa
No Result
View All Result
Ikhbar.com | Mengabarkan Kebaikan
No Result
View All Result
Home Berita

Mencari Pesan Damai dalam Ayat Perang dengan Pendekatan Ma’na Cum Maghza

by Redaksi
December 2, 2022
in Berita
A A
Mencari Pesan Damai dalam Ayat Perang dengan Pendekatan Ma’na Cum Maghza
Share on FacebookShare on Twitter

Ikhbar.com: Menurut Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, MA, Attarikhi dalam Pendekatan Ma’na Cum Maghza bukan sekadar maknanya, tetapi juga perhatikan rasa bahasanya.

“Saya pernah menawarkan penafsiran ayat perang QS Al Hajj ayat 39-40. Pada ayat tersebut saya mencoba untuk menggali pesan damai dalam perang,” katanya saat mengisi acara Public Lecture tentang Pendekatan Ma’na Cum Maghza dalam Penafsiran Alquran di IAIN Cirebon pada Jumat, (2/12/2022).

اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْرِهِمْ لَقَدِيْرٌ

Pertanyaanya, kata Prof. Sahiron, kata ‘Udzina’ yang diartikan “Diizinkan berperang’, kenapa menggunakan Mabni Majhul?

ArtikelTerkait

5 Hal yang Kerap Terlupa Jelang Ramadan Tiba

Ayat Pereda Sakit Kepala

Gereja Rusia Kutuk Pembakaran Al-Qur’an oleh Politikus Swedia

Indonesia Kecam Pembakaran Al-Qur’an di Swedia

“Yang mengizinkan perang dan mempertahankan Madinah dari kaum musyrik saat itu Allah. Kok kenapa tidak menggunakan kata ‘Adzina‘?,” terangnya.

Menurutnya, di dalam Mabni Majhul setidaknya terdapat dua fungsi, yakni yang pertama karena pelakunya tidak diketahui, yang kedua, Failnya diketahui tapi tak pantas disebut.

“Allah tidak ingin disebutkan secara eksplisit dalam perintah perang. Itulah Ma’na Attarikhi,” ujar Prof. Sahiron.

Ia menjelaskan, jika di dalam Alquran tidak menyebutkan Maghza, maka ayat tersebut harus digali.

“Contohnya seperti dalam QS. Al Maidah ayat 51. Pada ayat tersebut Maghzanya ada, tapi tidak disebutkan, Maka saya pandang ayat tersebut Mutasyabihat,” jelasnya.

“Dulu sempat ramai tuh ayat ini, apakah terjemahannya ‘Pemimpin’ atau ‘Teman setia’?,” katanya.

Mengapa demikian? lanjut dia, karena secara makna langsungnya ayat tersebut bertentangan dengan ayat Wamaa Arsalnaka illa Rahmatan lil Aalamin.

“Sejarah QS. Al Maidah ayat 51 ini bercerita tentang penghianatan kelompok Yahudi untuk tidak mempertahankan Madinah,” tegasnya.

Sewaktu peperangan Badar, Prof. Sahiron menjelaskan bahwa kelompok Yahudi datang, meski tidak semuanya, mereka mengatakan kepada Nabi Muhammad ‘Yaa Muhammad, kami tidak mau berperang melawan musyrik Mekah’.

“Lho kan kamu sudah sepakat melalui piagm Madinah?,” kata Prof. Sahiron menjelaskan jawaban Nabi Muhammad kala itu.

“Kami mengerti, tapi kami tidak mau repot,” kata Yahudi itu.

“Ohh ya sudah jika memang tidak mau, kami yang akan mempertahankan bersama sahabat, dan warga Madinah lainnya dari serangan musyrik Mekah,” jawab Nabi.

Kemudian pergilah Yahudi itu ke Damaskus dan bertemu Abu Sufyan pimpinan musyrik Mekah yang saat itu belum masuk Islam.

Prof. Sahiron menjelaskan, melihat Yahudi tersebut, Abu Sufyan hendak membunuhnya.

“Jagan bunuh kami, kami memang betul orang Madinah, tapi kami sudah ngmong sama Nabi tidak ikut berperang,” kata Yahudi itu kepada Abu Sufyan.

“Tapi kamu sudah terikat oleh piagam Madinah, pasti kamu berbohong,” tegas Abu Sufyan.

Orang Yahudi tersebut ternyata membocorkan kekuatan militer Nabi Muhammad. Orang Yahudi tersebut mengatakan kepada Abu Sufyan bahwasannya Nabi akan membawa pasukan sebayak 313 orang.

Mendapat bocoran tersebut, Abu Sufyan lantas berencana memperbanyak pasukannya.

Kabar tentang bocornya kekuatan militer itu kemudian didengar oleh Nabi Muhammad. Lantas, Nabi mengutus Ubadah bin Ash Shamit untuk mencari informasi siapa yang membocorkannya.

Maka Nabi pun akhirnya mengetahui orang Yahudi itulah yang membocorkan kekuatan militernya.

Abdullah Ubay bin Salul mendengar pernyataan Ubadah tersebut dan berkata kepada Nabi, “Saya tidak setuju dengan Ubadah, saya masih menggunakan Yahudi Madinah sebagai pembela,”

Di tengah dilematis tersebut, Nabi akhirnya berdoa untuk diturunkan wahyu. “Siapa yang mau dipilih pendapatnya ini ya Allah,” kata Nabi.

Akhirnya, Nabi pun mendapat jawaban bahwasannya pendapat Ubadahlah yang dipilih.

Dengan demikian, terjemah yang tepat untuk kata ‘Awliya’ pada QS. Al Maidah ayat 51 ini menurut Prof. Sahiron yakni ‘Teman setia’.

“Jika mau ngambil konteks kekinian, maka Maghzanya yang diambil. Apa itu? Konteks ke-Indonesia-an yakni NKRI dan pancasila,” tandasnya.

Tags: AlquranMana Cum MaghzaSahiron Syamsuddin
ShareTweetSendShare
Previous Post

Begini Contoh Penggunaan Pendekatan Ma’na Cum Maghza dalam Penafsiran Alquran

Next Post

Buntet Pesantren Siap Gelar Simposium Internasional

Next Post
Buntet Pesantren Siap Gelar Simposium Internasional

Buntet Pesantren Siap Gelar Simposium Internasional

Ketua STIT: Buntet Pesantren bakal Punya Universitas Islam

Ketua STIT: Buntet Pesantren bakal Punya Universitas Islam

Xiaomi 12T 5G, Ponsel yang Cocok untuk Kreator Konten

Xiaomi 12T 5G, Ponsel yang Cocok untuk Kreator Konten

Usulan Jabatan Fungsional Pengembang Tafsir Al-Qur’an Disetujui Kemenag

Usulan Jabatan Fungsional Pengembang Tafsir Al-Qur'an Disetujui Kemenag

KH Hasan Mutawakkil: Produk Hukum Islam Selalu Berada dalam Proses Perubahan

KH Hasan Mutawakkil: Produk Hukum Islam Selalu Berada dalam Proses Perubahan

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Adab Bersilaturahmi ke Mantan Suami atau Istri

Adab Bersilaturahmi ke Mantan Suami atau Istri

March 10, 2023
Lapas Cirebon dan Pondok Al-Firdaus Bina Napi lewat Kurikulum Pesantren

Lapas Cirebon dan Pondok Al-Firdaus Bina Napi lewat Kurikulum Pesantren

March 20, 2023
5 Hal yang Kerap Terlupa Jelang Ramadan Tiba

Penyebab Susah Qiamul Lail menurut Kiai Ghufron

March 1, 2023
Gus Abe: Santri Harus Kembalikan Medsos Sesuai Khitah

Ketum PB PMII Ajak Santri Jihad Digital Perangi Hoaks

March 3, 2023
Tips Diet Sehat lewat Puasa Ramadan

Tips Diet Sehat lewat Puasa Ramadan

Doa-doa Nabi untuk Orang Sakit

Doa-doa Nabi untuk Orang Sakit

PBNU: Pesantren Jangan Distigma Penuh Kekerasan

PBNU: Pesantren Jangan Distigma Penuh Kekerasan

Rekrutmen ASN 2022 Segera Dibuka: Guru dan Tenaga Kesehatan Jadi Prioritas

Rekrutmen ASN 2022 Segera Dibuka: Guru dan Tenaga Kesehatan Jadi Prioritas

Tips Diet Sehat lewat Puasa Ramadan

Tips Diet Sehat lewat Puasa Ramadan

March 26, 2023
Mengamini Penjelasan Gus Ulil: Tasawuf sebagai Obat Gangguan Mental

Mengamini Penjelasan Gus Ulil: Tasawuf sebagai Obat Gangguan Mental

March 26, 2023
Mirip Kasus yang Menimpa Tamara Bleszynski, Ini Hukum Menahan Pembagian Warisan

Mirip Kasus yang Menimpa Tamara Bleszynski, Ini Hukum Menahan Pembagian Warisan

March 25, 2023
Update Cuti Bersama Lebaran 2023

Update Cuti Bersama Lebaran 2023

March 25, 2023
Ikhbar.com | Mengabarkan Kebaikan

Segenap kabar kami sajikan melalui prinsip kemanfaatan jurnalisme, lebih tepatnya jurnalisme keislaman yang berkeadaban

Ikuti Kami

Kanal

  • Berita
  • Doa
  • Headline
  • Indana
  • Konsultasi
  • Nisa
  • Risalah
  • Sirah
  • Syariah
  • Tadris
  • Tekno
  • Tips
  • Tsaqafah
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Iklan & Kerja Sama

Copyright © 2023 Ikhbar.com, All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Tekno
    • Tips
  • Tadris
  • Sirah
  • Syariah
  • Nisa
  • Risalah
    • Indana
    • Konsultasi
  • Tsaqafah
  • Doa

Copyright © 2023 Ikhbar.com, All Rights Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In