Ikhbar.com: Wakil Presiden (Wapres) RI KH Ma’ruf Amin menyampaikan sejumlah nasihat dalam khotbah pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dan Erina Gudono di Pendopo Agung, Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, pada Sabtu,10 Desember 2022.
Mengawali khotbahnya, Wapres menyebut bahwa perkawinan merupakan tuntunan agama dan sunah Rasulullah Muhammad SAW. “Pernikahan bertujuan untuk mengembangbiakkan manusia sampai dengan saat tertentu untuk mengelola bumi sebagai wakil Allah di bumi, khalifatullah fil ard,” terang Kiai Ma’ruf.
Melalui pernikahan, lanjut Wapres, kemudian terbangunlah sebuah rumah tangga. “Rumah tangga adalah gambar yang diperkecil dari masyarakat. Rumah tangga adalah miniatur masyarakat,” sebut Wapres.
Dalam arti yang lebih jelas, Kiai Ma’ruf menyebutkan bahwa masyarakat akan dalam kondisi baik jika terdiri dari rumah tangga yang baik. Begitu pun sebaliknya, rumah tangga yang tidak baik akan menyeret susunan masyarakat yang kurang baik pula.
“Oleh karena itu, peran dan fungsi rumah tangga menjadi sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat,” kata dia.
Kiai Ma’ruf menjelaskan, Al-Qur’an menggarisbawahi pernikahan sebagai mitsaqan ghalidan atau perjanjian yang kuat. Menurutnya, ada tiga perjanjian kuat yang termaktub dalam Al-Qur’an. Pertama, perjanjian Allah SWT dengan Bani Israil;
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu), janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Kedua, perjanjian Allah dengan para Nabi;
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ مِيثَٰقَهُمْ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٍ وَإِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۖ وَأَخَذْنَا مِنْهُم مِّيثَٰقًا غَلِيظًا
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” (QS. Al-Ahzab: 7)
Ketiga, perjanjian antara suami dan istrinya;
وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُۥ وَقَدْ أَفْضَىٰ بَعْضُكُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنكُم مِّيثَٰقًا غَلِيظًا
“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (QS. An-Nisa: 21).
Kiai Ma’ruf menerangkan penyebab perjanjian suami-istri sebagai perjanjian yang kuat sebagaimana perjanjian Allah SWT dengan Bani Isaril dan para nabi. “Karena, pertama, menyangkut kesepakatan hidup bersama sepanjang masa. Kedua, sesungguhnya, kata Imam Nawawi, perjanjian suami itu adalah perjanjian dengan Allah SWT,” kata dia.
“Oleh karena itu, ananda Kaesang, ketika Anda ucapkan saya terima nikahnya, kawinnya, berarti Anda sedang berjanji kepada Allah SWT,” sambung Wapres.
Wapres juga memberi nasihat kepada kedua mempelai agar kembali meluruskan niat. Sebuah pernikahan harus diniatkan menjadi jalan ibadah kepada Allah SWT. “Karena banyak amalan yang terlihat duniawi, namun ternyata bisa jadi amal akhirat karena niat yang baik. Dan sebaliknya, ada banyak amalan akhirat, yang pada akhirnya hanya bernilai duniawi, bahkan mengandung dosa, hanya karena niat yang kurang baik,” katanya.
Terakhir, Kiai Ma’ruf menasihati Kaesang dan Erina agar saling menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya. “Tidak ada suami sempurna, tidak istri sempurna, semua pasti ada kekurangannya,” kata Wapres.