Ikhbar.com: Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren, KH. Dr. Fahad Achmad Sadat, M.E mengatakan, Buntet Pesantren tengah menyusun pembentukan Universitas Islam.
“Rencananya justru kita tidak membuka jurusan Agama, melainkan jurusan Kesehatan, Ekonomi dan Bisnis, serta jurusan MIPA,” kata Kiai Fahad saat ditemui Ikhbar.com pada Jumat, (2/12/2022).
Alasannya, kata Kiai Fahad, ke depan umat Islam harus menguasai sektor ekonomi. Selain itu, sektor kesehatan juga dirasa paling vital.
“Sektor yang tak kalah pentingnya yakni MIPA. Keilmuan ke depan pasti berbasis sains, dan itu kita tidak bisa menghindarinya,” ujar Kiai Fahad.
Meski demikian, lanjut Kiai Fahad, bukan berarti Buntet Pesantren akan meninggalkan kajian keislaman, tapi sesuai tradisi NU yang mempertahankan tradisi lama tapi tidak menolak hal baru.
“Kaidah yang familiar di kalangan warga NU itulah yang menjadi harapan Kiai Buntet Pesantren untuk mejadikan Buntet Pesantren sebagai pusat keilmuan,” terangnya.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, lanjut Kiai Fahad, Buntet Pesantren bakal menggelar Simposium Internasional pada Selasa, 6 Desember 2022 mendatang.
Acara yang rencananya bakal berlangsung di Mbah Muqoyyim Sport Center itu bakal menghadirkan narasumber dari alumni atau ada kaitannya dengan Buntet Pesantren yang telah menjadi tokoh Nasional maupun Internasional.
“Dengan adanya wadah itu, paling tidak dapat membantu pemikiran dan akses. Karena kita tidak bisa pungkiri bahwa untuk membangun sesuatu itu membutuhkan akses, kesempapatan, baik berupa dana atau lain sebagainya,” katanya.
Lebih lanjut, Kiai Fahad menjelaskan, saat ini banyak alumni dari Buntet Pesantren yang sekrang menjadi Rektor atau Dosen di Perguruan Tinggi Indonesia. Maka rencananya dalam acara Simposium ini akan ada pembentukan wadah Guru Besar dan Dosen alumni Buntet Pesantren.
“Maka diharapkan Buntet Pesantren ini akan mempunyai cita-cita menjadi porosnya ilmu atau pusatnya keilmuan. Hingga nanti budaya pemikiran atau budaya penulisan menjadi hal yang biasa di Buntet Pesantren,” jelas Kiai Fahad.
Kiai Fahad menjelaskan, syaratnya keilmuan itu paling tidak ada kegiatan membaca, meneliti, dan menulis. Tiga hal itu diharapkan menjadi pemandangan biasa yang ada di Buntet Pesantren.
“Jika semuanya terwujud, maka Buntet Pesantren akan menjadi pusat riset dan juga pusatnya keilmuan,” terangnya.
Terkait dunia membaca, kata Kiai Fahad, Buntet Pesantren telah memiliki perpustakaan. Di sektor penelitian, Kampus STIT telah mempunyai pusat riset.
“Di bidang tulis menulis, di Buntet Pesantren ini sudah ada 6 jurnal ilmiah,” ucapnya.
Ke depan, Buntet Pesantren tidak hanya fokus dalam bidang keagamaan saja, melainkan akan menjadi pusat keilmuan umum lainnya.
“Karena semua ilmu itu kami meyakini dari Allah. Kata Imam Al-Ghozali semua ilmu itu fardhu, hanya beda fardhu kifayah dan ‘ain saja,” jelasnya.
Ia menjelaskan, Prof. Nadhirsyah Hosen nantinya akan menyampaikan sejarah pesantren dan kiprahnya dalam pendidikan di Indonesia.
“Indonesia tidak bisa lepas dri pesantren. Dulu masyarakat Indonesia itu tidak boleh sekolah, hingga orang bisa mengakses pendidikan itu di pesantren. Jadi Indonesia itu tidak bisa mengesampingkan pesantren,” tuturnya.
Jadi, kata Kiai Fahad, ketika pemerintah memberikan hadiah berupa UU Pesantren harusnya memang dari dulu. Karena menurutnya, pesantren di Indonesia itu kiprahnya sangat besar.
“Pada dasarnya, Buntet Pesantren ini adalah salah satu pondok pesantren tertua. Kita ingin Buntet Pesantren itu masuk dalam mewarnai pendidikan di Indonesia,” kata Kiai Fahad.
Cita-cita tersebut bukan isapan jempol belaka. Kiai Fahad menegaskan bahwasannya Buntet Pesantren yakin dengan kekuatan alumni yang ratusan ribu dan berkiprah di berbagai sektor, termasuk dalam dunia pendidikan, akan mampu mewujudkan hal itu semua.