Ikhbar.com: Kerajaan Arab Saudi menerbitkan surat keputusan tentang rencana pemberian hak kewarganegaraan kepada warga asing yang memiliki latar-belakang profesi dan keahlian di sektor agama, kesehatan, akademik, olahraga, budaya dan teknologi. Dengan syarat, orang-orang yang memenuhi kriteria tersebut siap berkontribusi terhadap pengembangan dan pembangunan di negara mereka.
“Kewarganegaraan Arab Saudi bisa diberikan kepada para ilmuwan, dokter, peneliti, inovator, wirausahawan, olahragawan, serta talenta ternama yang memiliki keahlian dan spesialisasi khusus,” rilis Kerajaan Arab Saudi, sebagaimana dikutip dari Saudi Press Agency (SPA), pada Ahad, 7 Juli 2024.
Baca: KPK Saudi Tangkap Ratusan Pejabat karena Korupsi Dana Haji
Peluang pemberian status kewarganegaraan yang dikemas dalam dekret itu disebut demi mendukung pencapaian Visi 2030, yakni menciptakan lingkungan yang menarik, memperbesar peluang investasi, dan mempertahankan pemikiran kreatif.
“Sebelumnya, pada 2021 Kerajaan Arab Saudi juga telah mengeluarkan dekret untuk memberikan kewarganegaraan kepada kelompok pertama yang terdiri atas orang-orang berbakat terpilih dari berbagai bidang,” katanya.
Surat kabar Asharq Al-Awsat melaporkan, beberapa individu terkenal yang telah mendapatkan kewarganegaraan Saudi tersebut adalah ilmuwan asal Amerika Serikat (AS), Mehmood Khan, yang merupakan CEO Hevolution Foundation karena dinilai telah berkontribusi pada ilmu kesehatan. Kemudian ada Jackie Yi-Ru Ying, seorang ilmuwan asal Singapura. Ying merupakan Direktur Eksekutif Institute of Bioengineering and Nanotechnology yang saat ini memimpin NanoBio Lab.
Baca: Peta ‘Israel Raya’ Buatan Zionis Caplok Makkah dan Madinah
Selanjutnya ada ilmuwan asal Lebanon, Niveen Khashab, atas kontribusinya terhadap bioengineering dan nanomaterial. Khashab juga tercatat sebagai anggota pendiri King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) dan telah terdaftar dalam Associate Professor of Chemical Sciences and Engineering sejak 2009.
Terakhir, Noreddine Ghaffour, seorang ilmuwan Prancis, yang telah diakui atas keahliannya dalam ilmu lingkungan dan teknik, khususnya dalam teknologi desalinasi. Ghaffour meraih gelar PhD dalam teknik pemisahan membran dari University of Montpellier. Posisinya terakhir sebagai seorang profesor di KAUST.