Ikhbar.com: Mata uang Iran, rial, mencapai nilai terendah sepanjang sejarah menyusul proyeksi kemenangan mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dalam pemilu 2024.
Rial diperdagangkan pada 703.000 per dolar AS, jauh dari nilai 32.000 rial per dolar pada 2015, ketika perjanjian nuklir antara Iran dan kekuatan dunia masih berlaku.
Baca: Aneka Reaksi Negara Muslim usai Trump Menang Pilpres AS 2024
Sebelumnya, nilai tukar rial atas dolar mengalami lonjakan menjadi 584.000 per dolar, pada 30 Juli 2024, ketika Presiden reformis Iran, Masoud Pezeshkian dilantik, dan memulai masa jabatannya.
“Pemilihan presiden AS tidak ada hubungannya secara khusus dengan kami,” katanya. Kata juru bicara pemerintahan Pezeshkian, Fatemeh Mohajerani, dikutip dari Al Arabiya, pada Kamis, 7 November 2024.
Sejak Trump menarik diri dari perjanjian nuklir pada 2018, Iran semakin terisolasi secara ekonomi, terhimpit sanksi internasional yang diperburuk oleh ketegangan berlarut-larut dengan AS.
Meski pemerintah Iran berusaha menahan dampak pemilu AS, banyak warga Iran skeptis akan perubahan positif, dengan pandangan bahwa siapa pun pemenangnya, kebijakan AS terhadap Iran tidak akan berubah signifikan.
Ketegangan dengan Israel turut memperburuk situasi ini, terutama karena dukungan Iran terhadap kelompok, seperti Hamas dan Hizbullah.
Ancaman balasan Iran terhadap Israel baru-baru ini memperumit hubungan di kawasan, dan menambah tekanan pada ekonomi domestik yang sudah terpukul.
Baca: Bantu Israel, AS Sumbang Pasukan dan Sistem Anti-Rudal Canggih untuk Serang Iran
Para analis memperingatkan bahwa nilai rial yang terus merosot hanya akan memperdalam krisis ekonomi Iran, memaksa masyarakat menghadapi harga kebutuhan pokok yang semakin tak terjangkau, dan mengalihkan fokus mereka pada upaya bertahan di tengah ketidakpastian yang terus meningkat.