Ikhbar.com: Sebagian besar penganut Kristen dunia tengah bersiap merayakan Paskah, atau masa kebangkitan Yesus pada hari ketiga setelah kematiannya melalui penyaliban. Namun, di tempat kelahiran agama tersebut, justru umat Kristiani merasa terancam. Pemerintah Zionis Israel melarang mereka yang berasal dari Palestina memasuki Kota Yerusalem dengan peringatan yang cukup keras.
Untuk sementara, Israel baru memberikan akses masuk untuk sebanyak 200 orang pemuka Kristen dari Tepi Barat, tetapi, tidak dengan jemaatnya.
Salah satu dari mereka, Pendeta Munther Isaac mengatakan, pembatasan superketat itu belum pernah terjadi sebelumnya.
“Biasanya jemaat akan mengikuti prosesi berjalan sejak Jumat Agung, di Via Dolorosa, jalan yang diikuti Yesus menuju penyalibannya lebih dari 2.000 tahun yang lalu,” katanya, dikutip dari Al Jazeera, Jumat, 29 Maret 2024.
“Namun, di tahun ini, hanya ada hari-hari yang sangat kelam, hari-hari yang sangat sulit,” kata Pendeta Isaac.
Padahal, kata dia, Yerusalem merupakan kota terpenting bagi umat Kristiani. “Yerusalem sangat penting bagi kami, terutama saat Paskah. Kami biasa berdoa di Gereja Makam Suci,” katanya.
Baca: Pendeta di Gaza Ungkap Janji Palsu Israel Lindungi Kristen Palestina
Rafi, seorang koordinator pemuda Kristen mengatakan, pemukim Israel kini semakin menjadikan Kota Tua sebagai zona terlarang.
“Bahkan sebelum perang dimulai, kami melihat para pemukim menyerang gereja-gereja, bahkan terhadal kuburan Kristen,” katanya.
“Mereka menyerang pendeta atau biarawati mana pun yang berjalan di di Yerusalem. Bahkan, para peziarah yang berjalan di Jalan Salib Dolorosa,” sambung dia.