Ikhbar.com: Seorang pakar ekologis, John B. Calhoun, melakukan eksperimen fenomenal, dengan menciptakan lingkungan ideal bagi tikus untuk mengamati dampak kepadatan populasi terhadap perilaku sosial mereka.
Eksperimen yang diluncurkan pada 1971 ini dikenal sebagai Utopia 25. Lingkungan tersebut mencakup sebuah kompleks yang memiliki 256 unit apartemen, ruang makan, serta akses makanan dan air yang melimpah.
Dikutip dari The Guardian, awalnya, populasi tikus berkembang pesat dalam kondisi yang tampak sempurna. Namun, seiring meningkatnya kepadatan, perilaku tikus mulai berubah drastis.
Baca: Tumbuh Pesat, Populasi Islam Diprediksi Salip Kristen pada 2050
Tikus jantan kehilangan dorongan reproduksi, betina mengabaikan anak-anak mereka, dan individu tertentu, yang disebut Beautiful Ones mengisolasi diri, sambil hanya peduli pada perawatan fisik mereka.
Calhoun menyebut fenomena ini sebagai behavioral sink atau “keruntuhan perilaku,” yang menjadi inti dari temuan kontroversialnya.
Dalam presentasinya pada 1972, Calhoun mengaitkan hasil eksperimennya dengan potensi bahaya bagi umat manusia.
Ia memperingatkan bahwa pertumbuhan populasi yang tidak terkendali, meski diiringi kondisi materi yang memadai, dapat menyebabkan disintegrasi sosial serupa.
Menurutnya, manusia harus lebih memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan populasi, ruang hidup, dan hubungan sosial.
Meski eksperimennya menuai perhatian luas di media, pengaruh Calhoun di dunia akademik berkurang seiring waktu.
Baca: Bentuk Kementerian Baru, Cara Korsel Atasi Krisis Populasi
Banyak ilmuwan mengkritik hasilnya, karena kurangnya bukti dalam populasi liar.
Namun, ide-idenya tetap hidup dalam budaya populer dan diskusi mengenai urbanisasi, kepadatan, serta dampaknya pada manusia.
Calhoun berharap eksperimennya bisa menjadi pengingat penting. Meski tikus dan manusia berbeda, Calhoun berpendapat bahwa keduanya memiliki persamaan dalam kebutuhan sosial yang esensial.