Ikhbar.com: Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Arab Saudi merilis laporan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) yang tercatat selama 2023. Mereka mencatat pendapatan di negara itu mencapai 1,21 triliun riyal dengan pengeluaran berjumlah sekitar 1,29 triliun riyal).
“Sehingga mengakibatkan defisit sekitar 81 miliar riyal (setara Rp337.239.740.061.000),” rilis Kemenkeu Saudi, seperti dikutip dari Al Arabiya, pada Kamis, 15 Februari 2024.
Baca: Biaya Haji Warga Lokal Arab Saudi Dibanderol hingga Rp55 Juta per Orang
Menurut Kemenkeu Saudi, realisasi anggaran pendapatan pada triwulan IV tahun 2023 sebesar 357,984 miliar riyal dan belanja sekitar 394,979 miliar riyal.
Pendapatan nonmigas pada 2023 mencapai sekitar 457,728 miliar riyal, meningkat 11% dari tahun sebelumnya. Pada triwulan IV tahun 2023, pendapatan nonmigas berjumlah sekitar 108,773 miliar riyal.
Pendapatan minyak pada 2023 dilaporkan berjumlah 754,6 miliar riyal dengan peningkatan signifikan sebesar 28% menjadi 249,2 miliar riyal pada kuartal terakhir tahun ini.
“Namun, pendapatan non-minyak mengalami penurunan 12 persen menjadi 108,8 miliar riyal pada kuartal terakhir tahun 2023, dibandingkan sekitar 123,8 miliar riyal pada kuartal yang sama tahun 2022,” terang mereka.
Demi menutupi defisit, Arab Saudi mengandalkan pinjaman luar negeri sekitar 75% atau berjumlah 60 miliar riyal, serta memperoleh sekitar 21 miliar riyal dari pasar utang lokal.
Utang publik Saudi pada akhir 2023 mencapai 1,05 triliun riyal, naik dari 990,08 miliar riyal pada tahun sebelumnya dengan utang dalam negeri sebesar 644,4 miliar riyal dan utang luar negeri sekitar 405,9 miliar riyal.
Baca: Bahasa Indonesia Resmi Dipakai untuk Layanan di Masjid Nabawi
“Pada 2023, belanja kesehatan dan pembangunan sosial meningkat sebesar 13 persen menjadi 255,9 miliar riyal, sementara belanja pendidikan meningkat sebesar 4 persen menjadi 209,9 miliar riyal,” kata Kemenkeu Saudi.
Pengeluaran militer juga meningkat sebesar 12% menjadi 254,5 miliar riyal pada akhir tahun 2023.
Meskipun begitu, Fitch Rating Agency melaporkan, peringkat kredit Arab Saudi memiliki masih terbilang kuat. Arab Saudi berhasil mempertahankan nilai A+ dengan prospek stabil.
Rasio utang pemerintah terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) dan aset bersih luar negeri negara secara signifikan lebih tinggi dibandingkan rata-rata untuk kategori peringkat A dan AA.
“Sehingga tetap memberikan margin keamanan finansial yang besar dalam bentuk deposito dan aset sektor publik lainnya,” katanya.
Di sisi lain, laporan tersebut juga mencatat bahwa Arab Saudi masih memiliki ketergantungan terhadap minyak, peringkat indikator tata kelola Bank Dunia yang rendah, serta turut terdampak guncangan geopolitik.