Ikhbar.com: Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Setara Institute baru-baru ini merilis 10 daftar Indeks Kota Toleran (IKT) 2023. Dalam riset tersebut, mereka menggunakan empat variabel dan delapan indikator terhadap 94 kota di Indonesia.
Hasilnya, Singkawang, Kalimantan Barat berada di posisi teratas sebagai kota paling toleran di Indonesia dengan skor 6,500. Disusul Bekasi dengan skor 6,460, Salatiga dengan skor 6,450, Manado dengan skor 6,400, dan Semarang dengan skor 6,230.
Direktur Eksekutif Setara Institute, Halili Hasan mengungkapkan, ada begitu banyak fakta yang menunjukkan bahwa Singkawang patut dijadikan role model sebagai kota toleran.
“Bagaimana kota itu menata kelola toleransi di kotanya, ada peraturan daerah, tidak ada kasus,” katanya usai Peluncuran Hasil Riset dan Penghargaan IKT 2023 di Jakarta pada Selasa, 30 Januari 2024.
Ia mengatakan, kehidupan warga Singkawang juga sudah menerapkan nilai-nilai toleransi. Misalnya, toleransi menjadi parameter untuk mencegah kenalakan remaja.
Menurutnya, hal yang sama juga diterapkan Bekasi yang menempati posisi kedua. Kota tersebut telah menerapkan toleransi di berbagai aspek.
Halili menjelaskan, ada tiga penopang kepemimpinan ekosistem toleransi. Ketiga hal tersebut adalah kepemimpinan politik toleransi, kepemimpinan sosial, dan kepemimpinan birokrasi.
“Seperti Bekasi, kalau kita cek platform paradigmanya itu kemajuan toleransi, itu bagus. Jadi kepemimpinan politiknya kuat, kepemimpinan birokrasi bagus, kepemimpinan sosialnya pun kuat,” tandasnya.
Baca: Bagaimana Cara Ikhbar.com Membuat Daftar Tokoh Muda NU Paling Berpengaruh 2024?
Berikut 10 daftar kota paling toleran di Indonesia:
1. Singkawang, Kalimantan Barat, Skor: 6,500.
2. Bekasi, Jawa Barat, Skor: 6,460.
3. Salatiga, Jawa Tengah Skor: 6,450.
4. Manado, Sulawesi Utara, Skor: 6,400.
5. Semarang, Jawa Tengah, Skor: 6,230.
6. Magelang, Jawa Tengah, Skor: 6,220.
7. Kediri, Jawa Timur, Skor: 6,073.
8. Sukabumi, Jawa Barat, Skor: 5,997.
9. Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Skor: 5,953.
10. Surakarta, Jawa Tengah, Skor: 5,800.
Di sisi lain, ada 10 besar kota dengan skor toleransi terendah. Di posisi 94 atau terakhir ditempati Depok dengan skor 4,010. Setelahnya ada Cilegon dengan skor 4,193, Banda Aceh dengan skor 4,260, Padang dengan skor 4,297, dan Lhokseumawe dengan skor 4,377.
Kemudian Mataram dengan skor 4,387, Pekanbaru dengan skor 4,420, Palembang dengan skor 4,433, Bandar Lampung dengan skor 4,450 dan Sabang dengan skor 4,457.
Berikut empat variabel dengan delapan indikator sebagai alat ukur yang dilakukan Setara Institut dalam menentukan kota paling toleran di Indonesia:
a. Regulasi pemerintah kota.
Indikator variabel ini adalah rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya serta ada tidaknya kebijakan diskriminatif.
b. Regulasi sosial.
Indikatornya adalah peristiwa intoleransi dan dinamika masyarakat sipil terkait isu toleransi.
c. Tindakan pemerintah.
Indikatornya adalah pernyataan pejabat kunci tentang isu toleransi dan tindakan nyata terkait isu toleransi.
d. Demografi sosio-keagamaan.
Indikatornya adalah heterogenitas keagamaan penduduk dan inklusi sosial keagamaan.
Sementara, sumber data penelitian diperoleh dari dokumen resmi pemerintah kota, data Badan Pusat Statistik (BPS), data Komnas Perempuan, data Stara Institute, dan referensi media.
Pengumpulan data juga dilakukan Setara Institute melalui kuesioner self-assessment kepada seluruh pemerintah kota.
Setara Institute kemudian melakukan pembobotan dengan persentase berbeda pada setiap indikator. Mereka mempertimbangkan perbedaan tingkat pengaruh masing-masing indikator pada situasi faktual toleransi di setiap kota.