Ikhbar.com: Penulis pemenang Pulitzer, Jhumpa Lahiri, menolak untuk menerima penghargaan dari Museum Noguchi di New York City, Amerika Serikat (AS), setelah museum tersebut memecat tiga karyawan yang mengenakan scarf keffiyeh, simbol solidaritas Palestina.
Al Jazeera melaporkan, pihak museum mengatakan, mereka menghormati perspektifnya, dan memahami bahwa kebijakan ini mungkin tidak sejalan dengan pandangan semua orang.
“Jhumpa Lahiri telah memilih untuk menarik penerimaan penghargaan Isamu Noguchi 2024 sebagai tanggapan terhadap kebijakan kode berpakaian kami yang diperbarui,” tulis pernyataan museum, dikutip dari Al Jazeera, pada Kamis, 26 September 2024.
Direktur museum, Amy Hau, menjelaskan bahwa kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mencegah pengucilan yang tidak disengaja terhadap pengunjung yang beragam, sambil memungkinkan museum tetap fokus pada misi intinya, yakni untuk memajukan pemahaman dan penghargaan, terhadap seni dan warisan Isamu Noguchi.
Baca: 3 Karyawan Museum New York Dipecat cuma Gara-gara Pakai Keffiyeh Khas Palestina
Jhumpa Lahiri lahir pada 11 Juli 1967 di London sebagai Nilanjana Lahiri. Ia adalah seorang penulis Amerika keturunan India. Lahiri meraih penghargaan Pulitzer untuk karya debutnya, Interpreter of Maladies, yang diterbitkan pada tahun 1999.
Selama bertahun-tahun, ia juga telah menerima berbagai penghargaan bergengsi, termasuk PEN/Hemingway Award, O. Henry Prize, Asian American Literary Award, dan PEN/Malamud Award untuk Keunggulan dalam Cerita Pendek pada tahun 2017.
Karya-karyanya terkenal dalam menyampaikan konflik budaya yang dihadapi oleh para imigran, yang juga ia rasakan semasa tumbuh di AS.
Baca: Sentimen Anti-Islam di Amerika Serikat Meningkat
Sebelumnya diberitakan, museum yang didirikan hampir 40 tahun lalu oleh desainer dan pematung Jepang-Amerika, Isamu Noguchi, mengumumkan pada bulan Agustus bahwa karyawan tidak diperbolehkan mengenakan pakaian atau aksesori yang mengekspresikan pesan politik, slogan, atau simbol selama jam kerja mereka.
Kontroversi terjadi setelah tiga karyawan museum mengenakan keffiyeh, scarf hitam-putih yang sering dikenakan para demonstran pro-Palestina di seluruh dunia, dan telah menjadi simbol penentuan nasib sendiri bagi Palestina.