Mayoritas Warga Israel Tolak Perang, Sebut ‘Negara Waras tak Mungkin Bunuh Bayi!’

Warga Israel berunjuk rasa dengan membawa foto-foto anak-anak Palestina yang terbunuh oleh bom Israel di Gaza. Foto: BBC

Ikhbar.com: Gelombang kritik terhadap agresi militer Israel di Gaza terus menguat dari dalam negeri. Mantan Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Yair Golan, mengecam keras arah perang yang dinilai mengarah pada status negara paria seperti Afrika Selatan pada masa apartheid.

“Negara waras tidak membunuh bayi sebagai hobi,” ujar Golan dalam siaran radio publik, dikutip dari BBC International, pada Kamis, 22 Mei 2025.

Pernyataan ini langsung dibalas Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “fitnah berdarah.”

Namun kritik lebih keras datang dari mantan Menteri Pertahanan, Moshe Ya’alon, yang menyebut operasi militer ini bukan hobi, melainkan kebijakan pemerintah demi mempertahankan kekuasaan, yang justru membawa kehancuran.

Baca: Warga Yahudi AS Sebut Menteri Israel ‘Penjahat Perang’

Situasi di Gaza kini kian memburuk. Meski blokade 11 pekan telah dilonggarkan, bantuan yang masuk masih sangat minim.

Sementara itu, jajak pendapat Channel 12 menunjukkan 61% warga Israel menginginkan perang dihentikan dan sandera dipulangkan, hanya 25% yang mendukung perluasan operasi militer.

Ratusan warga menggelar protes di berbagai kota, termasuk di Paris Square dan Sderot, menyerukan gencatan senjata dan pemulangan sandera.

Kelompok Standing Together, yang beranggotakan warga Yahudi dan Arab Israel, memimpin unjuk rasa hingga sembilan orang ditangkap, termasuk pemimpinnya, Alon-Lee Green.

“Semakin banyak orang Israel mulai bersuara,” ujar Green yang masih berstatus tahanan rumah.

Para anggota cadangan militer juga angkat suara. Ribuan di antaranya menandatangani surat desakan agar pemerintah menghentikan perang dan bernegosiasi demi memulangkan para sandera.

Aktivis Uri Weltmann memperingatkan bahwa perang ini tidak hanya membahayakan warga sipil Palestina, tetapi juga para sandera dan tentara Israel sendiri.

Tekanan internasional pun meningkat. Inggris menjatuhkan sanksi baru kepada kelompok ekstremis Israel, menangguhkan pembicaraan dagang, dan memanggil duta besar Israel.

Baca: Akhirnya Eropa pun Muak dengan Israel?

Uni Eropa tengah meninjau ulang perjanjian kerja sama politik dan ekonomi dengan Israel.

Inggris, Prancis, dan Kanada juga mengeluarkan pernyataan bersama mengecam eskalasi dan mengancam tindakan lebih lanjut bila situasi kemanusiaan tak membaik.

“Angin mulai berbalik arah,” ungkap Weltmann.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.