Ikhbar.com: Sedikitnya tiga warga Palestina tewas dan 46 lainnya terluka, setelah tentara Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan yang memadati lokasi distribusi bantuan di Rafah, Gaza.
Insiden ini terjadi di titik bantuan yang dikelola Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga kontroversial yang didukung Israel dan Amerika Serikat (AS).
Pihak militer Israel mengeklaim hanya menembakkan tembakan peringatan di luar area distribusi, dan menyebut situasi kini telah terkendali.
Namun, kelompok-kelompok kemanusiaan dan PBB menyampaikan kecaman keras, menilai distribusi bantuan yang dilakukan GHF justru memicu kekacauan, dan tidak sesuai prinsip kemanusiaan internasional.
Baca: 360 Tenaga Kesehatan di Gaza Ditangkap Israel
Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, menyebut gambar dan video dari lokasi GHF sebagai “sangat memilukan.”
Ia menegaskan bahwa rencana distribusi GHF tidak memenuhi standar netralitas dan kemandirian sebagaimana yang dipegang PBB di berbagai wilayah konflik, seperti Gaza, Sudan, maupun Myanmar.
Pemerintah Gaza menyebut insiden ini sebagai “pembantaian yang disengaja dan kejahatan perang penuh,” dengan menyatakan bahwa warga “dijebak dengan iming-iming bantuan dan ditembaki secara brutal oleh pasukan pendudukan.”
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengakui sempat terjadi kekacauan tapi menyebutnya “sementara.”
Ia mengeklaim tidak ada bukti kelaparan di Gaza, dan mengatakan distribusi telah kembali terkendali.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS membela program tersebut.
Baca: Korban Tewas di Gaza sudah Melampaui 52 Ribu Jiwa
“Kritik yang muncul hanya masalah gaya,” ujar juru bicara, Tammy Bruce, dikutip dari Al Jazeera, pada Rabu, 28 Mei 2025
Ia menyebut Hamas berupaya menggagalkan distribusi tapi gagal, dan bahwa 8.000 paket bantuan telah berhasil masuk Gaza.
Namun, kelompok Refugees International mengkritik inisiatif ini karena lebih bernuansa militer ketimbang kemanusiaan.
“Ini bukan cara memberi makan populasi yang nyaris kelaparan,” ujar Hardin Lang dari Washington, DC.
Ia menambahkan, pendekatan ini tampak seperti strategi pemindahan penduduk ke selatan Gaza yang disebut sebagai “zona kemanusiaan.”
Seruan serupa juga datang dari Norwegian Refugee Council. Juru bicaranya, Ahmed Bayram, menuntut inisiatif AS-Israel dihentikan.
“Inilah potret tragedi kemanusiaan di Gaza. Bantuan tidak seharusnya dikelola oleh negara yang telah menghancurkan Rafah dan kini menyuruh warganya kembali demi menerima bantuan seadanya,” ujarnya.
GHF sendiri mengeklaim telah menyalurkan sekitar 8.000 paket makanan, cukup untuk memberi makan 5,5 orang selama 3,5 hari, sekitar 462.000 porsi makan. Namun, keabsahan dan efektivitas distribusi ini masih menjadi sorotan tajam berbagai pihak.