Anak SD di Korsel Banyak yang Depresi, Ada Apa?

Ilustrasi siswa SD di Korsel. Foto: Dinas Pendidikan Gwangju, Korsel.

Ikhbar.com: Riset terbaru yang dilakukan Seoul Metropolitan Office of Education (2025) mengungkapkan bahwa banyak anak usia Sekolah Dasar (SD) di Korea Selatan (Korsel) mengalami depresi dalam tiga tahun terakhir.

Laporan yang dirilis baru-baru ini menunjukkan lonjakan signifikan dalam tingkat gangguan emosional anak SD sejak 2021 hingga 2023. Studi tersebut melibatkan 3.754 siswa dari 113 sekolah dasar di wilayah Seoul dan menggunakan metode focus group interview (FGI) untuk mengungkap kondisi mental peserta secara lebih mendalam.

Data mencatat, skor rata-rata gejala depresi meningkat dari 0,51% pada 2021 menjadi 0,66% pada 2022 , dan kembali melonjak ke 0,73% pada 2023. Angka ini diukur dalam skala tiga poin dan menandakan tren yang terus memburuk.

Tak hanya itu, gejala kecemasan juga mengalami kenaikan, dari 0,44% (2021) menjadi 0,54% (2022) dan 0,58% (2023). Indikator lain seperti sensitivitas emosional dan sifat pesimistis pun menunjukkan grafik serupa, masing-masing naik dari 0,41% ke 0,49% dan dari 0,17% ke 0,26% dalam periode yang sama.

Baca: Riset: Hidup Gen Z Lebih Fleksibel

Tekanan akademik dan medsos

Laporan yang dikutip dari Korea Herald pada Kamis, 22 Mei 2025 menyebut sejumlah faktor yang memperparah kondisi kesehatan mental siswa. Tekanan akademik yang tinggi, dinamika sosial di lingkungan sekolah, serta penggunaan gadget dan media sosial (medsos) secara berlebihan jadi penyebab utama.

“Anak-anak disebut kerap merasa tertinggal karena terlalu sering terpapar konten di media sosial seperti Instagram dan YouTube. Mereka membandingkan hidupnya dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna di layar, hingga muncul perasaan rendah diri dan tidak cukup baik,” tulis laporan Korea Herald.

Tak kalah penting, pola pengasuhan yang terlalu melindungi juga menjadi sorotan. Anak-anak yang terbiasa dalam lingkungan yang sangat dikendalikan secara emosional cenderung lebih mudah panik dan frustrasi ketika menghadapi tantangan, sekecil apapun.

Baca: Cara Jitu Hilangkan Stres dalam 5 Menit

“Anak yang tidak diberi ruang untuk belajar menghadapi kegagalan atau tekanan justru tumbuh dengan rasa cemas yang lebih besar,” tulis laporan itu.

Temuan ini menjadi alarm bagi dunia pendidikan dan keluarga di Korea Selatan, bahkan di seluruh dunia. Kesehatan mental anak bukan lagi isu sekunder, melainkan fondasi penting untuk masa depan mereka.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.