Ikhbar.com: Puluhan ribu warga Israel mengajukan tuntutan kompensasi kepada pemerintah usai rumah dan harta benda mereka porak-poranda akibat serangan rudal Iran. Otoritas Pajak Israel mencatat sebanyak 38.700 klaim ganti rugi telah masuk sejak pecahnya konflik militer antara Tel Aviv dan Teheran pada 13 Juni lalu.
Data tersebut seperti yang dilaporkan media Israel, Yedioth Ahronoth baru-baru ini. Mereka menyebutkan bahwa klaim terbanyak diajukan melalui Dana Kompensasi nasional.
“Dari total pengajuan tersebut, lebih 30.800 laporan menyangkut kerusakan bangunan, diikuti sekitar 3.700 kerusakan kendaraan dan lebih dari 4.000 klaim atas kerusakan barang pribadi lainnya,” tulis Yedioth Ahronoth dikutip pada Kamis, 26 Juni 2025.
Menariknya, pihak berwenang memperkirakan jumlah bangunan yang terdampak sebenarnya jauh lebih besar, namun belum semuanya diajukan untuk mendapatkan ganti rugi resmi.
Baca: Konflik dengan Iran Mereda, Israel Lanjutkan Serangan ke Gaza
Sementara itu, media lokal Behadrei Haredim mengungkapkan bahwa Tel Aviv menjadi wilayah dengan jumlah klaim tertinggi, yakni mencapai 24.932 klaim, disusul kota Ashkelon di selatan yang mencatat 10.793 klaim.
“Hingga kini, pemerintah Israel belum memberikan estimasi total nilai kompensasi yang akan dikeluarkan. Kebijakan penggantian kerugian pun belum dijelaskan secara rinci kepada publik,” tulis Behadrei Haredim.
Ketegangan ini bermula dari serangan udara Israel ke sejumlah lokasi strategis di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir. Tel Aviv menuding Teheran tengah bersiap memproduksi bom nuklir yang kemudian langsung dibantah keras oleh pihak Iran.
Sebagai respons, Iran meluncurkan serangan balik dengan rudal dan drone ke sejumlah wilayah Israel. Situasi makin memanas setelah Amerika Serikat (AS) ikut campur, dengan menggempur tiga lokasi yang diklaim sebagai fasilitas nuklir milik Iran pada hari Ahad lalu.
Setelah dua belas hari eskalasi militer intensif, Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran, yang diberlakukan pada malam hari, sebagai upaya mengakhiri konflik bersenjata di kawasan tersebut.